Wajar jika kamu merasa kesepian, sedih, kecewa, marah atau unek-unek lainnya yang pada dasarnya memang di tujukan untuk manusia.
Lagi pula, aku tahu, kalau kamu juga punya cara sendiri untuk mengatasi unek-unek itu. Dan pastinya semua punya cara yang berbeda. Ada yg cuman diam, ada yang sekedar dengar musik untuk kabur dari bisingnya semesta, ada yang memilih untuk mengubur perasaan tidak enak itu jauh-jauh, sampai tidak ada yang tahu kalau dia sedang rapuh.
Mungkin kalau sudah buntu, maka menangis akan menjadi satu-satunya cela yang terbuka. Air mata memang se melegakan itu. Sebuah bahasa bisu yang lupa caranya membentuk kalimat.
Kalau saya, saya akan memilih untuk berdiam diri dari keramaian. Mencoba untuk mengosongkan pikiran tentang semua hal diniawi. Karena Dunia memang serumit itu, dan manusia menjadi satu-satunya korban yang harus menanggung semua masalah-masalah yg ada di dalamnya.
salah satu hal rumit itu adalah "menjadi dewasa" ternyata fase menuju dewasa mempunya lika liku yang tidak bisa di tebak. Semua hal yang tidak pernah kita harapkan hadir, malah datang dengan sendirinya. Tidak perduli siap atau tidakkah kita melewatinya. Di sini titik pengjian dalam hidup. Kalau sudah seperti ini, saya tidak bisa melewatinya sendirian. Saya butuh Tuhan, dan akan seperti itu seumur hidup saya.
Kita adalah manusia terbatas yang mudah hilang arah tanpa pedoman hidup. Karena menurut saya, pondasi untuk tetap bertahan adalah pedoman hidup kita. Tuhan yang akan selalu menemani langkah kita. Jadi, jangan lupa berdoa, ya. Juga bersyukur.
Aku lagi kebingungan. Aku benar-benar tidak tahu perasaan apa yang sedang menganggu keberanianku akhir-akhir ini. Rasanya semakin hari, semakin tidak PD saja untuk tampil di depan umum, jangankan di depan umum, berbicara saat presentasi saja jantungku sudah berdegup kencang bukan main. Berulang kali ku hembuskan napas agar perasaan ini kembali normal seperti biasanya, tapi justru aku kesulitan dalam melakukan pengendalian itu. Ada banyak pendapat yang ingin kusampaikan saat debat kelas di mulai, tapi rasa cemas dan jantung yang berdetak semakin kencang membuat aku kesulitan berbicara. Semua ide-ide dan rentenan bahasa yang tadinya sudah terususun rapi, kini hilang tanpa sedikitpun tersisa di kepala. Sejujurnya, aku sungguh tersiksa dengan perasaan takut dan cemas ayng berlebihan ini, membuat aku tidak bisa aktif dalam bidalng apapun. Padahal aku sangat suka berhubungan dengan bidang yang berkaitan dengan komunikasi, berbicara di depan banyak orang. Tapi semenjak perasaan cemas dan taku...
Komentar
Posting Komentar