Akhir-akhir ini mental saya lagi down. Sakit kepala luar biasa hampir di setiap malam. Perut kembung dan susah tidur membuat kehidupan saya semakin tidak nyaman. Capek? iya. capek membagi waktu juga iya, kayaknya hampir sering nangis juga. Pasti ada aja masalah yang bikin saya tiba-tiba mikir "kok malah jadi gini ya?" "ini seharusnya bagaimana?" seperti hari ini. Minggu pagi yang seharusnya diliputi rasa sukacita justru membasahi mataku subuh-subuh. Akh, mungkin kalau saya jelaskan, yang membaca blog ini akan bilang "Masalahnya nggak jelas banget." "Baru juga masalah kaya gitu."
Iya. Saya juga tidak tahu apakah ini bisa disebut masalah atau tidak pernah masuk kedalam masalah hidup. Kan emang gitu ya? Manusia hobinya menilai sesuatu berdasarkan satu sudut pandang. Jadi wajar kalau emang ada beberapa yang tidak bisa menghargai masalah.
"Itu salah lo sendiri." "Kalau lo nggak kaya gitu, nggak mungkin terjadi."
Hah... sudahlah, tulisan amburadul inipun sudah cukup menjelaskan betapa kacaunya pikiranku sekarang. Aku lupa semalam tidur jam berapa, tapi rasa kantuknya masih tersisa sampai pagi ini. Mungkin jam 2. Akhh ya mungkin setengah tiga. Bukan, ini bukan karena begadang atau semacamnya, ini bukan tentang aku menghabiskan jam tidur dengan bermain ponsel sampia larut. Semalam kepalaku sakit lagi, sakit hebat sampi memejamkan mata saja sangat tidak nyaman. Maag ku kambu. Aku memang ada penyakit maag, aku sendiri juga lupa bagaimana penyakit ini berawal. Mungkin gejalanya sudah terlihat saat umurku delapan belas tahun. Semakin dewasa pikiranku memang sering kacaunya, sering jenuhnya, sering overthinking-nya, sering membuat aku cemas.
Pikiran. Kalau bicara soal pikiran yang sudah kacau memang banyak dampak negativnya. Hemmm gimana ya jelasinya, sesungguhnya tidak semua hal bisa dijelaskan dengan nyaman, kadang ada satu situasi yang memaksa kita untuk terus tutup mulut. Dan situasi itu sedang menggerogoti kepalaku akhir-akhir ini. Rasanya sungguh menyiksa, tapi maua bagaimana lagi, manusia sederhana yang jauh dari kata sempurna seperti aku ini, tidak bisa berbuat banyak dalam hidup, aku tidak sepenuhnya memegang kendali atas hidupku. Kadang untuk terus berserah pada Tuhan membuat perasaanku lebih tenang.
Sudah ya, itu dulu. Byee...
Aku lagi kebingungan. Aku benar-benar tidak tahu perasaan apa yang sedang menganggu keberanianku akhir-akhir ini. Rasanya semakin hari, semakin tidak PD saja untuk tampil di depan umum, jangankan di depan umum, berbicara saat presentasi saja jantungku sudah berdegup kencang bukan main. Berulang kali ku hembuskan napas agar perasaan ini kembali normal seperti biasanya, tapi justru aku kesulitan dalam melakukan pengendalian itu. Ada banyak pendapat yang ingin kusampaikan saat debat kelas di mulai, tapi rasa cemas dan jantung yang berdetak semakin kencang membuat aku kesulitan berbicara. Semua ide-ide dan rentenan bahasa yang tadinya sudah terususun rapi, kini hilang tanpa sedikitpun tersisa di kepala. Sejujurnya, aku sungguh tersiksa dengan perasaan takut dan cemas ayng berlebihan ini, membuat aku tidak bisa aktif dalam bidalng apapun. Padahal aku sangat suka berhubungan dengan bidang yang berkaitan dengan komunikasi, berbicara di depan banyak orang. Tapi semenjak perasaan cemas dan taku...
Komentar
Posting Komentar